Wednesday, November 19, 2014

HANNIBAL BARCA (KARTAGO)



HANNIBAL BARCA adalah seorang komandan militer dari tentara Kartago. Ia memimpin kampanye yang terkenal dalam Perang Punic kedua melawan tentara Romawi, yang tak terkalahkan sampai pintu gerbang Roma. Yang paling terkenal dari prestasi militernya adalah pertempuran Cannae, di mana ia mengalahkan tentara Romawi yang jumlahnnya dua kali lipat dari pasukannya.

II.AUTOBIOGRAFI

Hannibal Barca lahir sebagai  putra dari Hamilcar Barca, pemimpin Kartago di 247 SM. Ayahnya terlibat dalam Perang Punisia pertama di mana Carthage dikalahkan. Pada usia yang sangat muda, ia bersumpah di altar tidak pernah menjadi teman dari Roma, dan ia bersumpah bahwa ia akan menggunakan api dan baja untuk menghancurkan nasib Roma. Pada usia 25, ia memulai kampanye pertama dan terakhir melawan Kerajaan Romawi yang akan membawanya 15 tahun jauh dari rumah. Pada 218 SM. Dia mendarat di Spanyol modern dan mulai berbaris ke arah Roma. Dia meninggalkan banyak tentara yang tidak mau meninggalkan tanah air mereka, dan pada saat ia mencapai Galia, ia dan prajuritnya sekitar 40.000 dan 12.000 tentara berkuda.

Hannibal adalah seorang komandan militer cerdik dan licik, ia tetap tak terkalahkan sampai pintu gerbang Roma. Kemenangan yang paling terkenal adalah Pertempuran Cannae, dimana pasukannya, meskipun setengah dari  jumlah orang Romawi, namun dapat membantai lebih dari 70.000 tentara elit dari Kekaisaran Romawi dan mengambil tahanan lebih dari 10.000 dari mereka. Ceritanya masih dibahas oleh para ahli militer sampai saat ini. Namun, kampanyenya mengalami titik balik ketika ia memutuskan untuk tidak menyerang Roma. Ia dipanggil kembali ke Kartago untuk melawan Romawi, dan ia mengalami kekalahan yang menentukan oleh komandan Romawi Scipio.

Dia mengalami pengasingan beberapa tahun setelah menandatandatangai kesepakatan damai antara Roma dan Kartago. Pada usia 65 tahun, untuk mencegah penangkapan oleh orang Romawi, Hannibal mengakhiri hidupnya sendiri.

CERITA PERANG PUNISIA

Perang Punisia adalah peperangan yang terjadi antara Romawi dengan Kartago antara tahun 264 hingga 146 SM, dan merupakan perang terbesar di dunia kuno. Kata Punisia sendiri berasar dari kata Punici, yang memiliki arti Bangsa Fenisia dalam bahasa Latin.

Perang ini terjadi akibat adanya keinginan Republik Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli) hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kerajaan Kartago. Pertempuran berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan Republik Romawi pada Perang Punisia I, Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga akhirnya pada Perang Punisia III, Republik Romawi berhasil menghancurkan Kartago dan menghancurkan ibukotanya, sehingga menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania bagian barat.

PERANG PUNISIA I
Pada Perang Punisia Pertama (264 SM – 241 SM) pertempuran bukan hanya terjadi di daratan (Sisilia dan Afrika), namun juga di laut Mediterania. Beberapa perang laut yang besar juga terjadi. Perang ini berlangsung dengan sengit hingga akhirnya Republik Romawi menang dan menaklukan Sisilia setelah mengalahkan Kartago dalam Pertempuran Kepulauan Aegates yang mengakhiri perang ini. Akibat kekalahannya, selain harus menandatangani perjanjian yang merugikan dengan Romawi, Kartago juga mengalami guncangan politik maupun militer, sehingga Romawi akhirnya dengan mudah merebut Sardinia dan Korsika dari Kartago, ketika Kartago terjerumus ke dalam perang tentara bayaran.

PERANG PUNISIA II
Pada Perang Punisia Kedua (218 SM – 202 SM), pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal menyeberangi Laut Mediterania, menyusuri Semenanjung Iberia-dimana dia berhasil menaklukkannya untuk meluaskan kekuasaan Kartago di Iberia. Kemudian, Hannibal melewati daerah Galia, dimana dia berhasil mendapatkan banyak pasukan bayaran. Hannibal dan pasukannya lalu bergerak menuju Pegunungan Alpen untuk menyerang Roma dari utara, sebagai upaya untuk menghindari hadangan Republik Romawi jika melewati daerah pesisir. Hannibal berhasil memenangkan sejumlah pertempuran dahsyat di daratan Italia, seperti Pertempuran Trebia, Pertempuran Danau Trasimene dan Pertempuran Cannae. Tiga pertempuran ini menjadi kejeniusan Hannibal dalam menghadapi pasukan Romawi yang jumlanya lebih banyak.
Pada tahun 219 SM, Romawi memutuskan untuk berperang dengan bangsa Kartago yang terus-menerus mengganggu koloni Romawi di Spanyol. Tetapi sebelum Roma mengirimkan pasukannya ke tanah Spanyol, Hannibal, Jenderal Kartago berusia 28 tahun, pimpinan tertinggi pasukan Kartago sudah mendahului dengan memimpin pasukannya menuju Roma. Hannibal memilih rute yang tidak diduga oleh Roma dengan melewati pegunungan Alpen. Rute yang sulit dan berbahaya. Disinilah Roma tidak menyangkanya sama sekali bahwa Hannibal berani mengambil rute berbahaya tersebut. Alhasil, tidak ada penjagaan di area tersebut sehingga serbuan pasukan Kartago-Hannibal tidak tertahankan lagi.
Walaupun begitu akibat memilih rute yang sulit pasukan Kartago yang semula berjumlah 40.000 pasukan menyusut menjadi 20.000 infanteri, 6000 kavaleri dan 38 gajah. Hannibal sadar bahwa ini merupakan saat-saat yang kritis bagi dirinya dan pasukannya. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Romawi menyiapkan pasukan yang berkekuatan hampir 500.000 orang. Pasukan ini adalah petarung yang disiplin dan ditakuti di dunia saat itu. Apalagi sebagian besar dari pasukan tersebut adalah veteran yang pernah mengalahkan Kartago pada perang Punic I.
Setelah beberapa kali terjadi pertempuran kecil, sebuah pasukan besar di bawah pimpinan Konsul Sempronius Longus bersiap-siap bertempur langsung dengan pasukan Kartago di dekat sungai Trebia. Tetapi Hannibal tidak mau bertempur langsung dengan Sempronius. Ia melakukan hal yang aneh. Kavaleri ringannya dikerahkan menyeberangi sungai seolah- olah ingin menyerang tetapi mundur kembali. Hal ini dilakukan oleh Hannibal berulang kali sehingga Sempronius terbakar emosinya dan memutuskan untuk melakukan pengejaran. Sempronius membawa keseluruhan pasukannya menyeberangi sungai Trebia. Penyeberangan ini berlangsung selama berjam-jam dan sangat melelahkan. Pada akhirnya, kedua pasukan bertemu persis di sebelah barat sungai.
Pada awal pertempuran, pasukan Sempronius terlihat keunggulannya. Akan tetapi, di salah satu sisi, barisan Romawi yang terdiri dari suku Gallic tiba-tiba buyar. Penyebabnya adalah Hannibal melepaskan sejumlah gajah perangnya yang ditunggangi oleh para pemanah. Suku Gallic yang belum pernah melihat binatang sebesar itu panik dan lari tunggang langgang. Situasi kacau ini ditambah dengan kemunculan tiba-tiba sekitar 2000 pasukan kavaleri Kartago dari balik hutan yang berada dekat dengan sungai menyerang bagian belakang pasukan Romawi. Pasukan Romawi berusaha melawan tetapi kepungan itu membuat ribuan pasukan Romawi tewas tenggelam dalam sungai Trebia yang dingin.
Kekalahan ini menimbulkan kegemparan di ibukota. Segera disiagakan Legiun (infanteri berat Romawi) untuk menahan serbuan Kartago. Tetapi melalui sebuah penyergapan yang cerdik, Hannibal menghancurkan sebuah pasukan Romawi di dekat danau Trasimene. Akhirnya pemerintah pusat Romawi menunjuk seorang diktator untuk memimpin mereka melalui krisis tersebut. Terpilihlah Fabius Maximus menjadi diktatur Romawi. Maximus memilih untuk tidak melakukan pertempuran langsung. Ia hanya menempatkan pasukannya di wilayah pegunungan dimana pasukan Kartago tidak akan berani menyerang. Ia juga hanya melakukan taktik gerilya mengingat masih rapuhnya mental pasukan Romawi terhadap kekalahan dari pasukan Kartago.
Walaupun taktik Maximus efektif, mayoritas warga Romawi menyatakan ketidakpuasannya. Mereka menganggap taktik itu memalukan reputasi Romawi sebagai bangsa yang kuat saat itu. Ketidakpuasan ini dipakai oleh Hannibal. Ketika menyerang desa atau kota-kota romawi, Hannibal sengaja tidak merusak harta benda milik keluarga Maximus. Hal ini semakin mengundang kecurigaan warga Romawi terhadap taktik Maximus.
Setelah menghancurkan Apulia, Hannibal memasuki wilayah subur Campania. Fabius yang mengenal baik wilayah itu memutuskan untuk mengakhiri petualangan Hannibal. Dalam pengamatannya, Fabius melihat bahwa Hannibal tidak pernah memilih jalan keluar sama dengan jalan masuk. Walaupun begitu, Fabius tetap menempatkan pasukan yang besar di sekitar Allifae, tempat dimana Hannibal masuk ke Campania. Sementara pasukan Romawi lainnya disebar ke celah-celah yang mungkin akan dilalui oleh Hannibal. Fabius menutup jalur keluar pasukan Hannibal. Ia berpikir begitu stok makanan pasukan Hannibal habis, mereka akan berusaha menerobos.
Minggu-minggu berikutnya, Hannibal mengerahkan kavalerinya kearah utara menjarah ladang subur di wilayah tersebut. Maximus mengetahui siasat Hannibal yang menginginkan dirinya mendatangi Hannibal. Maximus tetap menunggu dan tidak menyerang. Pada suatu malam, pasukan Romawi yang menjaga wilayah Allifae melihat pemandangan yang menciutkan nyali mereka. Sebuah pasukan yang luar biasa besar, yang tampak dari puluhan ribu obornya, menuju ke arah pasukan Romawi. Pasukan tersebut bergerak cepat diiringi dengan teriakan-teriakan aneh seperti sedang dirasuki setan. Pasukan Romawi yang tidak menyangka bahwa kekuatan pasukan Hannibal demikian besar memutuskan lari meninggalkan pos pertahanan mereka tanpa bertempur sedikit pun. Pasukan Hannibal pun berhasil keluar dari kepungan pasukan Maximus.
Maximus dan pemimpin-pemimpin Romawi lainnya tidak pernah sanggup menerka apa yang diperbuat oleh Hannibal pada malam itu. Fabius Maximus pun kehilangan kekuasaannya. Konsul Terentius Varro memimpin pasukan Romawi untuk membalas penghinaan di Allifae. Pasukan Varro mendatangi pasukan Hannibal yang sedang berkemah di sekitar Cannae, tidak jauh dari wilayah yang sekarang menjadi kota Bari. Varro sangat yakin akan peluangnya. Medan terbuka, musuh kelihatan jelas dan jumlah pasukan yang lebih besar dari pasukan Hannibal. Pertempuran bersejarah Cannae pun dimulai. Seperti biasa, pasukan Romawi menguasai jalannya pertempuran. Barisan tengah pasukan Hannibal sangat lemah dan mudah mengalah. Varro pun mengarahkan seluruh kekuatan Romawi menggempur barisan tengah pasukan Hannibal. Serbuan ini menyebabkan barisan pasukan Hannibal melengkung seperti busur panah sehingga pasukan Romawi seperti menumpuk di tengah. Inilah yang diinginkan oleh Hannibal, ia segera melepas ujung luar pasukannya yang terdiri dari pasukan gajah dan berkuda Afrika menghimpit pasukan Romawi. Situasi berubah menjadi ladang pembantaian pasukan Romawi. Pertempuran Cannae tercatat sebagai sejarah kekalahan Romawi paling menghancurkan dan memalukan.
Ekspedisi Hannibal di Romawi sendiri berlangsung sekitar 6 tahun. Selama itu ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah pusat Kartago dan hanya mengandalkan suplai dari wilayah-wilayah Roma yang berhasil direbutnya. Walaupun akhirnya Hannibal tidak pernah berhasil menghancurkan Romawi, ia dan pasukannya telah meraih reputasi mengerikan. Walaupun memiliki pasukan dan persediaan yang melimpah, pasukan Romawi selalu berusaha menghindar melakukan pertempuran langsung dengan Hannibal. Pertempuran Zama adalah akhir dari kejayaan Hannibal dan bangsa Kartago. Dalam pertempuran tersebut pasukan Kartago berhasil dikalahkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Jenderal Scipio Africanus.

Kekalahan itu memaksa Senat Kartago untuk mengirim dia ke pengasingan. Selama pengasingan ini, dia tinggal di Istana Seleucid, dimana dia bertindak sebagai penasihat militer Antiochus III saat perangnya melawan Romawi. Karena kekalahannya di pertarungan maritim, Hannibal melarikan diri lagi, kali ini ke Istana Bithynian. Ketika Romawi meminta dia menyerah, Hannibal memilih mengakhiri hidupnya dengan minum racun. Kematiannya diperkirakan terjadi sekitar tahun 183 SM di desa Bithynian, Libyssa (sekarang masuk wilayah Maroko).
Meski Hannibal berhasil mengalahkan Romawi di daratan Italia, serta beberapa aliansi Republik Romawi terutama daerah Italia bagian selatan menjadi berpihak kepada Hannibal, tetapi itu tidak cukup untuk menaklukkan Roma, selain pasukan Hannibal dirasakan kurang cukup untuk menaklukkan Roma, juga karena Republik Romawi masih didukung oleh sebagian besar aliansi-aliansinya.
Republik Romawi yang berhasil bangkit, balik menyerang daerah yang dikuasai Kerajaan Kartago, yaitu Hispania dan Sisila. Republik Romawi juga mulai menyerang daerah Yunani-aliansi Kerajaan Kartago. Penyerbuan ke Hispania dipimpin oleh Scipio Africanus. Scipio berhasil menaklukan Hispania untuk Republik Romawi setelah melalui banyak perang, diantaranya Pertempuran Ilipa. Setelah Hispania, Romawi mulai menuju benua Afrika. Hannibal yang masih di Italia ditarik kembali oleh Kerajaan Kartago untuk melindungi dari serangan Romawi. Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Scipio, dengan bantuan dari Numidia yang dipimpin oleh Masinissa dan pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal akhirnya berperang dalam sebuah pertempuran di Zama. Pasukan Kartago mengalami kekalahan telak dalam pertempuran ini. Kekaisaran Kartago kembali harus menandatangani perjanjian yang kali ini membuat Kerajaan Kartago menjadi benar-benar melemah. Hal ini dibuktikan dengan menghilangnya wilayah kekuasaan Kartago, sehingga hanya menyisakan kota Kartago. Isi perjanjian yang lain adalah tidak boleh melakukan peperangan dengan siapa saja dengan alasan apapun dan harus membayar upeti ke Republik Romawi sampai 50 tahun mendatang.a

PERANG PUNISIA III
Pada Perang Punisia Ketiga diwarnai dengan penyerangan Kekaisaran Roma langsung ke jantung Kekaisaran Kartago, Kota Kartago, pada tahun 149 SM – 146 SM. Dilatar belakangi oleh seringnya bangsa Numidia melakukan penjarahan di daerah Kartago, Kartago mulai melawan, yang berarti adalah perang. Republik Romawi yang mengetahui Kartago melanggar janji, memutuskan untuk menyerang Kartago. Selama hampir tiga tahun, Republik Romawi menghadapi perlawanan hebat dari Kartago. Namun, Republik Romawi pada akhirnya menang berhasil menghancurkan Kota Kartago, sekaligus menandai runtuhnya Kekaisaran Kartago. Para penduduk kota Kartago, hampir semuanya dijual sebagai budak.

Pada selang waktu antara akhir Perang Punisia Kedua dengan awal Punisia Ketiga, Republik Romawi berusaha memperluas wilayah menuju daerah peradaban Helenistik, yaitu dengan Kerajaan Seleukus, Makedonia, serta wilayah Illyria.

Hannibal juga disebut sebagai salah satu jenderal terbesar sepanjang sejarah. Ahli sejarah militer, Theodore Ayrault Dodge bahkan menyebut Hannibal sebagai “Bapak dari strategi”, karena musuh terbesarnya yaitu Romawi, mengadopsi beberapa taktik militer Hannibal didalam taktik mereka sendiri. Pujian ini menyebabkan dia mendapat reputasi yang kuat di dunia masa kini dan dia juga dikenal sebagai “pemberi strategi” oleh orang-orang seperti Napoleon Bonaparte dan Bangsawan dari Wellington. Kisah hidupnya juga menjadi dasar dari beberapa film dan dokumentasi.

III.ANALISIS KEPEMIMPINAN

Gaya Kepemimpinan yang dipakai Hannibal Barca menurut kami beliau lebih menggunakan Gaya yang Demokratis.

1. Kepemimpinan dengan Contoh

Hannibal Barca akan menjadi model bagi pemimpin masa depan. Dia adalah orang yang memimpin dengan contoh. Dia akan tidur antara tentara dan tidak akan memakai apa pun yang membuatnya berbeda atas tentaranya. Dia akan memimpin pasukan ke medan perang dan menjadi yang terakhir meninggalkan medan perang. Siapapun pemimpin yang ingin mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari para pengikutnya perlu belajar dari Hannibal. Apapun tugas yang Anda pimpin dan berharap pengikut Anda untuk melakukannya, pastikan bahwa Anda tidak hanya mengatakannya, tapi melakukannya, dan melakukannya lebih baik dari semua orang. Itu adalah inti dari kepemimpinan dengan contoh.

2. Visi besar dan imajinasi

Hannibal Barca memiliki visi besar menaklukkan Roma. Meskipun usianya masih muda, visi yang besar menangkap hati dan pikiran para pengikutnya, dan kebanyakan dari mereka rela mengikutinya melintasi laut meski ada banyak kendala yang tampaknya luar biasa. Sebagai seorang pemimpin, memiliki visi yang besar dan belajar untuk mengartikulasikan adalah penting. Orang tidak hanya mengikuti seseorang, mereka mengikuti visinya juga. Apakah visi Anda untuk organisasi Anda cukup besar untuk menangkap hati manusia?

REFERENSI
HANNIBAL 1
HANNIBAL KASKUS

POL POT (KAMBOJA)

Masa jabatan
13 Mei 1976 – 7 Januari 1979
Didahului  oleh Khieu Samphan
Digantikan oleh Pen Sovan

Informasi pribadi
Lahir                :19 Mei 1928 Provinsi Kampong Thom,Kamboja
Meninggal        :15 April 1998 (umur 69) Kamboja
Partai politik     :Khmer Rouge红色高棉
Suami/istri      1) Khieu Ponnary (cerai)
                            2) Mea Son
Agama      :Tidak ada (Ateis)

II. AUTOBIOGRAFI
Saloth Sar, atau yang lebih dikenal dengan nama Pol Pot, adalah mantan Perdana Menteri Demokratik Kamboja. Selama menjadi Perdana Menteri, ia dikenal otoriter dan kejam baik kepada rakyat maupun pejabat. Ketika ia berkuasa, sekitar 21% penduduk Kamboja tewas karena pembantaian, kerja paksa, maupun kelaparan. Kediktatoran dan kekejaman Pol Pot membuatnya masuk dalam jajaran 15 Diktator Kelas Dunia dan 10 Orang Terkejam Sepanjang Masa.

Pol Pot lahir di Kampong Thom tahun 1928. Ia adalah anak ke-8 dari 9 bersaudara di  keluarga keturunan Cina yang cukup kaya. Saudara perempuannya yang bernama Roeung merupakan selir Raja Sisowath Monivong, sehingga ia memiliki akses untuk keluar masuk istana raja. Ia sempat medapatkan kesempatan untuk bersekolah di Lycee Sisowath, namun prestasinya tidak begitu bagus. Selanjutnya, Pol Pot mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Paris pada bidang Teknik Radio tahun 1949-1953, walaupun pada akhirnya ia gagal menyelesaikan studinya karena alasan prestasi. Disana, ia bergabung dengan Partai Komunis Perancis dan sebuah organisasi komunis rahasia yang bernama "Lingkaran Marxis".

Kegagalan Pol Pot dalam studinya membuat ia kembali ke tanah air. Ia adalah anggota pertama Marxis Circle yang kembali ke Kamboja sehingga ia ditugasi untuk mengevaluasi berbagai partai pemberontak di Kamboja.Ia kemudian juga bergabung dengan United Khmer Isaarak Front, sebuah perkumpulan yang menentang kekuasaan Perancis di Kamboja. Pemerintahan Pangeran Sihanouk juga memiliki tujuan yang yang sama dengan perkumpulan tersebut. Tahun 1954, Perancis dipaksa angkat kaki dari Kamboja. Pada tahun itu, Pol Pot menjadi anggota Khmer People's Revolutionary Party yang merupakan partai komunis pertama di Kamboja. Kebenciannya terhadap kaum intelektual tumbuh dengan subur pada masa ini. Partai ini sempat berkonflik dengan Vietnam yang ingin memegang kendali atas kelompok anti pemerintahan Sihanouk.

Tahun 1960, Pol Pot bersama pengikutnya mendirikan Partai Pekerja Kamboja dimana ia didaulat menjadi Sekretaris Umum. Tiga tahun setelahnya, ia naik pangkat menjadi Sekretaris  Partai menggantikan Samouth yang beberapa waktu setelahnya hilang secara misterius. Tiga belas tahun selanjutnya, Pol Pot dan anggota partai lainnya menjalankan fungsi organisasi di hutan belantara yang jauh dari keramaian. Tahun 1966, Partai Pekerja Kamboja berubah nama menjadi Partai Komunis Kamboja. Partai Komunis Kamboja menggerakan banyak demonstrasi menentang pemerintahan sihanouk. Desember 1969 hingga January 1970, Pol Pot dan partainya merencanakan penggulingan Sihanouk. Tahun 1970, Pol Pot berhasil menggulingkan Sihanouk yang kemudian digantikan oleh Lon Nol.

April 1975, suasana Phnom Penh memanas karena terjadi perang memperebutkan kekuasaan Negara Demokratik Kamboja antara pihak Pol Pot yang beraliansi dengan partai-partai komunis lain dengan pendukung Sihanouk. Setahun kemudian, kubu Sihanouk kalah dan Pol Pot diangkat sebagai Perdana Menteri Kamboja, setelah ia terpilih lagi menjadi sekretaris partai. Namun demikian, kekuasaan Pol Pot banyak ditentang oleh pemimpin-pemimpin partai yang telah terpengaruh oleh Vietnam. Pol Pot akhirnya harus menghabisi kawan sendiri demi kestabilan posisinya. Selain kejam pada kawan sendiri, Pol Pot juga menunjukkan kediktatorannya sebagai pemimpin dengan memerintahkan rakyat untuk pindah ke perkotaan dan bekerja. Perintah Pol Pot ini menyebabkan terjadinya ledakan penduduk di ibukota yang dalam waktu singkat populasi disana bertambah sekitar satu juta jiwa. Program kerja paksa membuat rakyat menderita kelaparan, dan parahnya mereka tidak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pol Pot bertanggung jawab atas kematian sekitar 20% populasi penduduk Kamboja karena sikap otoriternya.

Penyerangan Vietnam kepada rezim Pol Pot menjadi awal mula kehancurannya. Tahun 1979, Pol Pot didakwa hukuman mati karena pembantaian penduduk yang dilakukannya. Keputusan ini dikeluarkan oleh pemerintahan yang baru, yaitu Republik Kamboja, yang terbentuk atas pertolongan Vietnam. Pada Desember 1979, ia dicopot dari jabatannya sebagai ketua partai. Tidak banyak yang tahu kabar Pol Pot setelah itu. Setelah beberapa tahun bersembunyi, Pol Pot ditangkap pada tahun 1997. Pol Pot menjadi tahanan rumah dan akhirnya meninggal dunia pada 15 April 1998 karena gagal jantung. Namun, ada dugaan bahwa ia meninggal karena bunuh diri, sebab permintaan pemerintah untuk melihat jenazahnya ditolak dan jenazahnya dikremasi di Anlong Veng, zona Khmer Rogue beberapa hari kemudian. Hal ini semakin menguatkan rumor yang beredar.

REFERENSI : 1. PROFIL POL
                      2. WIKI POL

III. ANALISIS KEPEMIMPINAN

Gaya Kepimpinan yang digunakan POLPOT adalah Gaya Otoriter.
-Selama menjadi Perdana Menteri, ia dikenal otoriter dan kejam baik kepada rakyat maupun pejabat. Ketika ia berkuasa, sekitar 21% penduduk Kamboja tewas karena pembantaian, kerja paksa, maupun kelaparan. Kediktatoran dan kekejaman Pol Pot membuatnya masuk dalam jajaran 15 Diktator Kelas Dunia dan 10 Orang Terkejam Sepanjang Masa.

Berdasarkan uraian diatas terdapat hasil dari gaya otoriter yaitu adanya nilai positif seperti lebih efisien dan produktif, lebih dapat dicapai dalam waktu singkat. Sercara nilai negatif yaitu memupuk ketergantungan, sikap tunduk, dan menurunkan individualitas serta menciptakan permusuhan dan ketidakpuasan.
Sistem Kepemimpinan  POL POT yaitu Sistem Otokratis Eksploitif.
a)      Pimpinan menentukan keputusan
b)      Pimpinan menentukan standar pekerjaan
c)      Pimpinan menerapkan ancaman dan hukuman


IV. GALERI FOTO REZIM POL POT


Dari luar, kompleks bangunan ini tidak terlihat berbeda dengan gedung sekolah biasa

Pada tiap ruangan bisa kita temui ranjang besi, rantai kaki, serta macam-macam benda dari logam yang digunakan …

Tiang berbentuk gawang yang sebenarnya berfungsi sebagai alat olahraga gimnastik

Ilustrasi Hukuman Rezim Pol Plot













SUMBER :
POL KAS
POL YAHOO

IDI AMIN (UGANDA)

Presiden Uganda ke-3
Masa jabatan 1971 – 1979
Wakil Presiden Mustafa Adrisi
Didahului oleh Milton Obote
Digantikan oleh Yusufu Lule
Informasi pribadi
Lahir Pertengahan tahun 1920-an Koboko atau Kampala
Meninggal    : 16 Agustus 2003 Jeddah, Arab Saudi
Kebangsaan : Uganda
Suami/istri :Malyamu Amin (cerai)
                 Kay Amin (cerai)
                 Nora Amin (cerai)
                 Madina Amin
                 Sarah Amin
Profesi : Perwira militer
Agama : Islam


II AUTOBIOGRAFI
Idi Amin Dada adalah Presiden Uganda ketiga yang berkuasa selama hampir satu dekade pada 1971 - 1979. Amin tidak pernah menulis biografi tentang dirinya sendiri sehingga tidak ada yang tahu kapan tepatnya tanggal kelahirannya. Namun, catatan dari beberapa sumber menyebut Idi Amin dilahirkan sekitar 1925 di Koboko, Provinsi Nil Utara, Uganda.

Ditinggal pergi ayahnya sejak kecil, Idi Amin menjalani kerasnya hidup bersama ibunya dengan bertani. Pada 1941, ia masuk ke sebuah sekolah Islam di Uganda dan beberapa tahun kemudian melanjutkan hidup dengan bekerja serabutan sampai akhirnya direkrut, atau dipaksa bergabung menurut Amin, sebagai anggota Angkatan Bersenjata oleh seorang Kolonel Inggris. Pada 1949, Amin dikirim ke wilayah utara Kenya untuk melawan pemberontakan Somali. Pada 1953, ia dipromosikan sebagai kopral dan 6 tahun berikutnya memperoleh penghargaan Afande, jabatan tertinggi bagi orang kulit hitam dalam Angkatan Bersenjata Inggris.

Pada 1965, Amin bekerja sama dengan Perdana Menteri Milton Obote untuk menyelundupkan gading dan emas dari Zaire ke Uganda. Setahun berikutnya, ia dipercaya sebagai Kolonel Angkatan Darat Uganda oleh Presiden saat itu, King Mutesa II. Namun, tiga tahun kemudian Amin melakukan kudeta untuk merebut kekuasaan Mutesa dan mengasingkan Presiden tergusur tersebut ke Inggris hingga akhir hayatnya.

Pada 2 Februari 1971, Idi Amin memproklamirkan diri sebagai Presiden Uganda sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Laut, dan Udara negara tersebut. Menjalankan roda pemerintahan secara tiran, tak urung kediktatoran Amin membuat Uganda mengalami berbagai perang saudara. Ia memulai masa pemerintahannya dengan perintah membasmi suku Acholi dan Lango karena dinilai berbahaya terhadap kekuasaannya. Pasca perintah tersebut, pembunuhan lain berdasar motif etnik, ekonomi, dan politik saling susul menyusul selama delapan tahun dengan jumlah korban yang tak terhitung lagi.

Pada 20 juli 2003, salah satu istri Amin, Madina, melaporkan bahwa penguasa tiran tersebut sedang koma dan hampir meninggal dunia di Rumah Sakit King Faisal, Jeddah, Arab Saudi. Berkisar sebulan kemudian, laporan resmi dari pihak berwenang menyebut bahwa Amin meninggal pada 16 Agustus 2003 di Jeddah dan dimakamkan di Pemakaman Ruwais, Jeddah.

REFERENSI :1.PROFIL IDI AMIN
                     2.Wiki IDI AMIN

III. ANALISIS KEPEMIMPINAN

Gaya Kepimpinan yang digunakan Idi Amin adalah Gaya Otoriter.
- 2 Februari 1971, Idi Amin memproklamirkan diri sebagai Presiden Uganda sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Laut, dan Udara negara tersebut. Menjalankan roda pemerintahan secara tiran, tak urung kediktatoran Amin membuat Uganda mengalami berbagai perang saudara.

   Berdasarkan uraian diatas terdapat hasil dari gaya otoriter yaitu adanya nilai positif seperti lebih efisien dan produktif, lebih dapat dicapai dalam waktu singkat. Sercara nilai negatif yaitu memupuk ketergantungan, sikap tunduk, dan menurunkan individualitas serta menciptakan permusuhan dan ketidakpuasan.
Sistem Kepemimpinan  IDI AMIN yaitu Sistem Otokratis Eksploitif.
a)      Pimpinan menentukan keputusan
b)      Pimpinan menentukan standar pekerjaan
c)      Pimpinan menerapkan ancaman dan hukuman


IV. FILM DAN GALERI FOTO

-FILM

Salah satu film yang menceritakan kondisi saat Idi Amin Berkuasa pada  zaman nya yaitu :
THE LAST KING OF SCOTLAND



                                THE LAST KING OF SCOTLAND TRAILER




                 

FOTO 
Beberapa korban rezim Idi Amin ditemukan oleh petani lokal di bidang subur Segitiga Luwero wilayah utara ibukota Uganda, Kampala pada tahun 1987 .